29 November 2010

TEMPE UNTUK PEREMAJAAN TULANG DAN KULIT

Salah satu jenis makanan tradisional yang tidak henti-hentinya dibahas khasiatnya bagi kesehatan adalah tempe. Salah satu produk fermentasi dari kedelai oleh kapan Rhyzopus Oligosporus. Khasiat tempe sudah terkenal dimanca negara, khususnya di Jepang, USA, Belanda dan Jerman. Selain karena nilai gizinya yang prima, beberapa khasiat tempe bagi kesehatan antara lain memberikan pengaruh hipokolesterolemik, antidiare, khususnya karena bakteri E. Coli enteropatogenik dan antioksidan.
Tempe Goreng
Menurut Prof. Dr. Ir. Made Astawan. Indonesia adalah negara produsen tempe terbesar didunia dan pasar kedelai terbesar di Asia. Lima puluh persen dari konsumsi kedelai Indonesia berbentuk tempe sisanya dalam bentuk produk seperti tahu, tauco, kecap dan lain-lain. Produk olahan kedelai populer ini ternyata memiliki banyak manfaat. Menurut Prof. Dr. Achmad Biben, tempe mengandung superoksida desmutase yang dapat menghambat kerusakan sel dan proses penuaan. Dalam sepotong tempe terkandung berbagai unsur yang bermanfaat, seperti hidrat arang, lemak, protein, serta, vitamin, enzim, daidzein, genistein serta komponen anti bakteri. Selain itu tempe juga bisa bersifat sebagai antianemia, menurunkan kadar kolsterol serta menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Manfaat lain dari tempe adalah dapat mengurangi keluhan pada wanita yang memasuki usia menopause (berhenti haid). Kesehatan perempuan dimasa menopause dapat dipelihara melalui pemanfaatan bahan makanan alami yang memiliki kandungan sediaan serupa hormon esrogen.
Kedelai sebagai bahan baku tempe ternyata mengandung zat yang mampu meningkatkan vitalitas dan meremajakan sel tubuh, terkenal dengan nama Lesitin HPF (highly Purified Fraction), yakni sejenis lesitin kedelai dengan kadar fosfatidikolin optimal (70-75%), serta mengandung asam lemak esensial. Pernyataan tersebut semakin populer setelah DR. Edward mengemukakan hasil penelitiannya didalam “Bio Control News and Information, Discover & Science News”.
Lesitin dipercaya dapat mencegah arterosklerosis (penumpukan dan penempelan kolesterol pada dinding pembuluh darah), karenanya dapat mengurangi kecenderungan agregasi platelet atau penggumpalan pada sel darah. Selain itu, lesitin dapat mengurangi kandungan kolesterol berlebih dalam darah dengan membantu terjadinya pembentukan HDL (yang terkenal dengan sebutan kolesterol baik). HDL berguna sebagai alat pembersih kolesterol berlebih. Lesitin juga dapat membantu mengurangi tumpukan lemak dalam hati, sehingga kerja hati pada orang-orang yang organ hatinya penuh dengan lemak dapat normal kembali, dan mereka akan tampak lebih segar.
Lesitin dapat dihasilkan dari pangan hewani maupun nabati. Namun Dr. Erward percaya lesitin dari bahan nabati yang khasiatnya paling oke. Karena lesitin nabatilah yang bersifat superior, maksudnya adalah lesitin yang dapat berfungsi sebagai peremaja sel tubuh, sehingga vitalitasnya meningkat. Lesitin dari bahan nabati dapat ditemukan pada kacang kedelai, kacang tanah, jagung dan bunga matahari. Saat ini lesitin dari kacang kedelai yang terpopuler.
Dalam penelitian Dr. Erward berikutnya, ia sampai pula pada kesimpulan bahwa lesitin yang terkandung dalam kedelai memiliki sifat lebih unggul sebagai peremaja sel tubuh dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Pada kacang kedelai, kandungan lesitin bersama zat-zat lain merupakan senyawa yang sangat tinggi khasiatnya sebagai obat awet muda, penguat tulang dan mempertinggi daya tahan tubuh.
Meski begitu, khasiat tempe bagi perempuan menopause sangat tergantung pada proses pengolahannya. Sebaiknya tempe jangan digoreng, karena akan membuat banyak khasiat tempe hilang tetapi bisa secara optimal di dapatkan jika proses pengolahannya tepat. Akan tetapi lebih baik jika tempe disemur, disup, dibacem, atau dipepes dari pada digoreng. Cara memasak serupa itu membuat khasiat tempe hanya sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan jika digoreng.
Perempuan menopause sebaiknya mengonsumsi, tahu, tauco, susu kedelai, kacang tunggak, bengkoang, tokbi, hingga biji-bijian seperti gandum wijen, dan biji bunga matahari. Disarankan juga agar makanan sehari-hari bagi perempuan yang memasuki masa menopause banyak mengandung unsur mineral dan vitamin. Keduanya bermanfaat bagi perawatan kesehatan organ tubuh serta alat reproduksi. Vitamin A misalnya, bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan kulit, mata dan mukosa. Vitamin B kompleks untuk mencegah rasa lelah dan menjaga stabilitas. Vitamin C dibutuhkan dalam menjaga fungsi kolagen, sehingga mengurangi keriput dan menjaga kekebalan tubuh, infeksi dan alergi. Vitamin D untuk mencegah osteoporosis, sedangkan vitamin E membantu mengurangi gejala pans serta keluhan psikologis. Mineral bermanfaat untuk menambah energi. Mineral yang paling penting bagi perempuan menopouse adalah kalsium. Dibutuhkan setidaknya 1000-1500 mg kalsium setiap hari.

27 November 2010

Pengoperasian DM Software ver 1.2

Langkah-Langkah Konsultasi Menggunakan DM Software ver 1.2

Tampilan “Registrasi
Hal yang pertama kali harus dilakukan adalah mengisi registrasi pasien sesuai dengan hasil anamnesa dan pengukuran antropometri yang telah dilakukan.

Tampilan “Kebutuhan Zat Gizi Per Individu
Setelah mengisi registrasi secara lengkap maka hasil perhitungan kebutuhan pasien akan secara otomatis muncul baik dengan perhitungan cara askandar maupun Perkeni, sehingga dapat dijelaskan kepada pasien tentang status gizi dan kebutuhan zat gizinya seperti terlihat pada Tampilan kebutuhan zat gizi.

Tampilan “Tujuan Diit
Selanjutnya yaitu proses penjelasan materi sesuai dengan diit yang diderita pasien. Seperti terlihat pada tampilan tujuan diit diatas merupakan tujuan diit untuk penderita DM diit B/B1 tanpa komplikasi.

Tampilan “Pelaksanaan Diit
Proses penjelasan materi untuk pelaksanaan diit diatas merupakan prinsip diit diabetes mellitus yang harus diingat yaitu tepat jenis, jumlah, dan jadwal.

Tampilan “Bahan Makanan yang Tidak Boleh Dimakan
Tampilan bahan makanan yang tidak boleh dimakan ini merupakan penjelasan contoh bahan makanan beserta gambar tentang BM yang tidak boleh dimakan untuk penderita diabetes mellitus dengan komplikasi hipertensi. Dengan adanya tampilan gambar maka diharapkan pasien akan lebih mengerti dan mengingat materi yang dijelaskan.

Tampilan “Bahan Makanan yang harus Diperhitungkan
Tampilan bahan makanan yang harus diperhitungkan ini merupakan penjelasan contoh bahan makanan beserta gambar tentang BM yang diperhitungkan untuk penderita diabetes mellitus. Dengan adanya tampilan gambar maka diharapkan pasien akan lebih mengerti dan mengingat materi yang dijelaskan.

Tampilan “Yang Harus Diketahui
Tampilan diatas merupakan keterangan penting yang harus diketahui dan tidak terdapat pada tampilan tujuan dan prinsip diit diabetes mellitus.

Tampilan “Pembagian Makan Sehari
Tampilan ini, menampilkan bahan makanan yang dibutuhkan pasien dalam sehari sesuai dengan perhitungan nilai gizinya. Di dalamnya terdapat juga pembagian 3x makan pokok beserta snack.

Tampilan “Leaflet Diabetes Mellitus
Leaflet tersebut berisi ringkasan dari semua materi yang telah ditampilkan sebelumnya. Pada lesflet ini, secara otomatis akan terisi identitas pasien sesuai pengisian registrasi dan pembagian makan dalam sehari sesuai dengan kebutuhannya.
Keterangan, logo Institusi atau Rumah Sakit dapat di ganti sesuai user

Tampilan “Contoh – Contoh Makanan Pengganti
Tampilan ini berisi beberapa bahan makanan untuk makanan pengganti yang sudah disesuaikan dengan ukuran rumah tangga (URT) untuk dikonsumsi pasien diabetes mellitus. Hal ini mempermudah proses konsultasi karena dengan tampilan ini sehingga pengguna  tidak perlu lagi menggunakan food model.

Diabetes Mellitus Software ver 1.2

Salah satu penyakit serius yang tidak bisa kita anggap remeh adalah penyakit diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Nursing student,2009).
Menurut beberapa laporan tentang DM dari berbagai tempat di Indonesia menunjukkan angka prevalensi dan komplikasi DM yang tidak banyak berbeda, sehingga masalah DM kiranya tidak dapat dianggap sebagai masalah regional, melainkan suatu masalah nasional yang harus kita kelola bersama (Askandar, 1992).
Proses konsultasi gizi dirumah sakit umumnya dilakukan secara manual, untuk perhitungan status gizi dan kebutuhan zat gizi pasien juga secara manual yaitu dihitung dengan menggunakan bantuan kalkulator sehingga memerlukan waktu yang relatif lama ,yaitu berlangsung ± 50 menit. 
Ahli gizi merupakan orang ahli yang dibutuhkan dalam membangun basis pengetahuan khususnya dalam penentuan menu harian dengan gizi seimbang. Ada beberapa masukan yang dibutuhkan berasal dari ahli gizi, antara lain: beberapa kasus yang pernah dialami dalam menentukan menu harian dengan gizi seimbang yang dibutuhkan bagi penyandang DM. Ahli gizi dapat menerima informasi terkait dengan basis pengetahuan tentang manajemen diet penyandang DM beserta data penyandang DM yang menjadi asuhannya yang sudah tersimpan pada sistem (Sri K, 2009).
Aplikasi informatika medis terbukti handal dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi masyarakat. Salah satu contohnya adalah sistem penatalaksanaan DM terpadu yang dibangun dalam beberapa basis pemrograman. Alasan utama penggunaan beberapa basis pemrograman adalah untuk kemudahan akses data dan informasi serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah sangat berkembang. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan manfaat yang luar biasa di bidang informatika medis. Aplikasi informatika medis untuk penatalaksanaan DM secara terpadu memaksimalkan unsur-unsur ICT Sistem yang dibangun dengan basisdata yang terpusat ini memungkinkan para pengguna untuk berbagi data meskipun beberapa aplikasi dibangun dengan platform yang berbeda. Melalui sistem ini, pelayanan kesehatan dapat dilakukan meskipun terhalang oleh jarak dan waktu (Sri K, 2009)
DM Software ver 1.2 ini merupakan solusi menjawab masalah tersebut di atas!

26 November 2010

Children, Obesity, And Sleep

Some 13 percent of children aged 6 to 11 and 14 percent of adolescents aged 12 to 19 are overweight. The ever-increasing waistlines put children at risk for heart disease, type 2 diabetes, and high blood pressure. But there is another problem, often overlooked, accompanying the grim statistics from the U.S. Surgeon General's office. Those extra pounds also put children at risk for sleep apnea, a serious, debilitating and potentially life-threatening sleep disorder, according to the National Sleep Foundation (NSF).
Sleep apnea is characterized by brief but numerous involuntary breathing pauses during sleep. These breathing pauses cause awakenings throughout the night, making it impossible for sleep apnea sufferers to enjoy a night of deep, restorative sleep. People with sleep apnea often feel sleepy during the day and their concentration and daytime performance suffer. While being overweight or obese are risk factors for sleep apnea, being thin does not preclude a diagnosis.
Sleep apnea, generally considered a problem among middle-aged men, can be a problem for youngsters, too. "With the increasing rates of obesity in children, it's likely there will also be an increase in sleep apnea," said Jodi A. Mindell, PhD a pediatric sleep expert and member of NSF's Board of Directors. Dr. Mindell is a professor of psychology at St. Joseph's University in Philadelphia and associate director of the Sleep Disorders Center at Children's Hospital.
The repercussions of sleep apnea and poor sleep for children are vast. When children do not get the sleep they need, they are at risk for health, performance and safety problems; difficulties in school are often the result. However, sleep deprivation in children is often overlooked or attributed to attention-deficit or behavior disorders.

21 November 2010

Medium Chain Triglycerides

Description
Commercial medium-chain triglycerides (MCT) are composed of 8 to 10 carbon fatty acids synthesized from palm kernel and coconut oils .  MCT provide 8.3 kcal per g and 116 kcal per tablespoon .

Indications
MCT are indicated in conditions where long-chain triglycerides (LCT) are not well tolerated.  MCT are commonly used in fat-controlled diets to provide increased calories and improve the palatability of a reduced-fat diet See Fat-Controlled Diet in Section IC.  The following properties of MCT may make it useful in disorders where LCT are problematic:

·         Absorption can occur despite pancreatic lipase deficiency.
·         Bile salts or micelles are not required for dispersion in water and subsequent absorption .
·         Transport across the intestinal mucosa occurs more readily than with LCT.
·         MCT are not dependent upon chylomicrons for transit and consequently do not require lipoprotein lipase for oxidation.
·         Transport does not occur through the lymphatic system.  MCT travel directly to the liver via the portal vein, as free fatty acids bound to albumin .
·         MCT hydrolyzes to fatty acids more quickly  and oxidizes more rapidly and efficiently than LCT .

MCT may be adjunctive to a fat-controlled diet in the following conditions:

·         pancreatic insufficiency
·         cystic fibrosis
·         intestinal resection
·         hepatobiliary disease
·         lymphangiectasia
·         chyluria
·         chylous ascites
·         chylothorax
·         secondary carnitine deficiency syndromes
·         whipple’s disease  
·         hyperchylomicronemia

    MCT may be therapeutically incorporated into the ketogenic diet, which is used to control epileptic seizures (see Ketogenic Diet) and may also be used in adjunct with antineoplastic treatment for pediatrics .

Contraindications

Under normal physiologic conditions, MCT are ketogenic.  Therefore, MCT are contraindicated in persons who are prone to diabetic ketoacidosis.

    In cirrhosis, MCT accumulate in the blood, resulting in a condition that presents with symptoms similar to hepatic encephalopathy, including hyperlactacidemia, hyperammonemia, hyperventilation, and altered EKG findings.

Nutritional Adequacy
MCT are used in conjunction with specific diets, such as fat-controlled or ketogenic diets.  Nutritional adequacy will depend on the prescribed diet.

How to Order the Diet
MCT are generally ordered in conjunction with a fat-controlled diet.  The order should specify the number of mL or g MCT to be added to the diet.  For example: “____ g Fat-Controlled Diet plus ____ mL (g) MCT”.

Planning the Diet
·          MCT are available as MCT oil or in formulas containing MCT.

·          MCT should be introduced slowly to avoid the abdominal distention and pain, nausea, vomiting, and diarrhea associated with rapid infusion or high dose.
·          MCT in divided doses of no more than 15 to 20 mL (3 to 4 tsp) at a time are generally well tolerated (2).  Patients should initially receive no more than 20 to 30 mL per day, increasing by 5 to 10 mL per day as tolerated until the MCT goal is met.
·          To incorporate MCT into the diet, the following are suggested:

-        Add 1 tsp MCT oil to 4 oz fat free milk, carbonated beverages, juices, or flavored drinks.  If patient is prescribed a ketogenic diet, use sugar-free beverages and follow fluid restrictions.
-        Substitute an equal amount of MCT oil for other fats when cooking and baking.
-        Prepare salad dressings with MCT oil.


References
1.       Babineau TJ, Pomposelli J, Forse RA, Blackburn GL.  Specific nutrients: carbohydrates, lipids, nucleic acids.  In: Zaloga GP, ed. Nutrition in Critical Care.  St. Louis, Mo: Mosby; 1994:196-197.
2.       Nelson JK, Moxness KE, Jensen MD, Gastineau CF, eds. Gastrointestinal diseases and disorders. In: Mayo Clinic Diet Manual: A Handbook of Nutrition Practices. 7th ed. St. Louis, Mo: Mosby; 1994:230-232.
3.       Pons R, De Vivo DC. Primary and secondary carnitine deficiency syndromes. J Child Neuro. 1995;10:S8-S24.
4.       Long-chain trigylceride restricted medium-chain triglyceride diet. In: Manual of Clinical Dietetics. 6th ed. Chicago, Ill: American Dietetic Association; 2000: 725.
5.       Nebeling LC, Lerner E. Implementing a ketogenic diet based on medium-chain triglyceride oil in pediatric patients with cancer. J Am Diet


17 November 2010

Perencanaan Menu dalam Hubungannya dengan Kualitas Makanan dan Daya Terima Makanan Anak di TK. XXX.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses perencanaan menu dan hubungannya dengan kualitas dan daya terima anak terhadap makanan sekolah di TK XXX.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian bersifat cross sectional dan untuk mengetahui hubungan kualitas makanan dengan daya terima anak terhadap makanan sekolah digunakan uji Fisher Exact Test.
Penelitian dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 5-10 Juni 2006. Populasi penelitian ini adalah semua murid TK B di TK. XXX yang telah memenuhi kriteria sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, penimbangan. Data yang diperoleh diprosentasikan dan dianalisis secara deskriptif kemudian dibandingkan dengan kepustakaan yang ada.
Hasil penilaian kualitas makanan dengan menggunakan metode skala hedonik diperoleh hasil behwa 90% responden menyatakan kualitas makanannya baik, responden yang menyatakan kualitas makanan cukup sebesar 5%, dan responden menyatakan kualitas makanan kurang juga 5%. Dari penilaian daya terima makanan diperoleh hasil untuk daya terima makanan pokok (nasi) 47.5% anak memiliki daya terima baik, 45% anak memiliki daya terima cukup, dan 7.5% anak memilik daya terima kurang. Untuk daya terima lauk hewani, 77.5% anak memiliki daya terima baik, daya terima cukup sebesar 17.5% dan anak yang memiliki daya terima kurang sebesar 5%. Untuk daya terima lauk nabati, 52.5% responden memiliki daya terima baik, 42.5% memiliki daya terima cukup dan 5%. Untuk daya terima sayur, anak yang memiliki daya terima baik sebesar 65%, yang memiliki daya terima cukup sebesar 30% dan yang memiliki daya terima kurang sebesar 5%.  
Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas makanan yang disajikan dengan daya terima anak terhadap makanan sekolah.
            Dalam penyelenggaraan makanan di TK XXX perlu dipertimbangkan penggunaan siklus 14 hari. Perlu diperhatikan kualitas makanan dan standar porsi agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi.


NB : Untuk Mengetahui Lebih Lanjut dan mendapat full teks dalam bentuk pdf, silahkan menjadi member/ follower serta kirim email disini

Penerapan Higiene Sanitasi dan Kualitas Makanan Pada Penyelenggaraan Makanan di Panti Asuhan XXX

Tujuan umum penelitian ini dilakukan adalah mengetahui penerapan higiene sanitasi dan kualitas makanan pada penyelenggaraan makanan di Panti Asuhan XXX.
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan XXX dilaksanakan selama 10 hari, yaitu pada tanggal  8-17 Juni 2006. Pemeriksaan uji mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Universitas XXX. Sasaran dalam penelitian ini adalah tenaga penjamah makanan yang berjumlah 7 orang dan makanan yang akan diuji mikrobiologinya. Pengumpulan data diperoleh dari form pengamatan, kuesioner dan wawancara dengan tenaga penjamah makanan. Cara pengolahan data disajikan dalam bentuk persentasi dan dianalisa secara deskriptif. Data kualitas makanan secara mikrobiologi diolah dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan cara perhitungan TPC (Total Plate Count) kemudian dibandingkan dengan standart SNI yang telah ditetapkan.
Data-data hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyelenggaraan makanan berjalan dengan baik. Tingkat pengetahuan tenaga penjamah makanan di Panti Asuhan XXX dikategorikan baik, yaitu sebanyak 6 orang (85,7%), dan dikategorikan kurang yaitu sebanyak 1 orang (14,3%). Praktek higiene perorangan tenaga penjamah makanan pada saat pengolahan makanan adalah kurang yaitu sebanyak 7 orang (100%). Fasilitas sanitasi yang tersedia di dapur masih tergolong kurang (65%). Praktek sanitasi makanan di dapur meliputi penerimaan bahan makanan dengan kategori baik (100%), penyimpanan bahan makanan dengan kategori kurang (75%), pengolahan bahan makanan dengan kategori kurang (70%), pengangkutan makanan dengan kategori kurang (57,1%), dan penyajian makanan dengan kategori baik (80%). Sehingga penilaian sanitasi makanan secara keseluruhan dikategorikan kurang (76,42%). Fasilitas sarana fisik di tempat penyelenggaraan makanan di Panti Asuhan XXX dikategorikan baik (89,65%). Kualitas makanan dari segi mikrobiologi yang telah diuji, dari 8 sampel terdapat 3 sampel yang masih belum memenuhi standart SNI. Dari hasil penilaian keseluruhan kegiatan penyelenggaraan makanan di Panti Asuhan XXX, didapatkan penerapan higiene dan sanitasi makanan masih dalam kategori kurang (73,39%).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Panti Asuhan XXX, maka dapat disarankan kepada pihak pengelola institusi untuk lebih memperhatikan penyediaan sarana dan prasarana antara lain: menyediakan penutup kepala dan sepatu khusus, penyediaan wastafel khusus karyawan yang dilengkapi dengan sabun antiseptik dan letaknya di dekat ruang pengolahan, protap-protap pelaksanaan kegiatan higiene dan sanitasi yang ditempel pada tempat yang strategis dan mudah dibaca, adanya poster-poster kegiatan higiene dan sanitasi makanan, perbaikan perangkap lemak pada pembuangan limbah, tempat sampah yang tertutup, perlu dilakukan perbaikan sarana fisik dapur antara lain pembuatan sudut dinding dengan lantai membentuk sudut conus, keramik dibuat mencapai 2 makanan, diperlukan pengujian sampel makanan untuk mengetahui kualitas makanan dari segi mikrobiologisnya yang dilakukan tiap 3 bulan sekali.  Bagi tenaga penjamah makanan disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 kali dalam setahun, selanjutnya perlu mengiktsertakan tenaga pejamah makanan dalam kegiatan kursus penyehatan makanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota , minimal 1 kali dalam setahun. Untuk lebih mengetahui tingkat penerapan higiene sanitasi makanan di Panti Asuhan XXX disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang perubahan penerapan higiene dan sanitasi makanan pada tenaga penjamah makanan sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan tentang higiene dan sanitasi makanan.

Kata kunci: penerapan higiene sanitasi, kualitas makanan



Bila Anda Inginkan Teks lengkap dalam bentuk pdf , silahkan jadi Followers/member (sign in) terlebih dahulu dan untuk download file tersebut Klik disini 


DM SOFTWARE ver 1.0


Photobucket



Mudah dalam pengoperasian, harga $188 , Jika berminat silahkan pesan dan kirim email ke kami. HP : 085234257676,
atau ke
email : krisaroni@gmail.com

Photobucket
KESEHATAN BUKAN BERARTI SEGALANYA, TAPI TANPA KESEHATAN SEGALANYA MENJADI TIDAK BERARTI