Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang menahun, yang umumnya tidak reversibel dan cukup lanjut. Terapi diet merupakan segi penting dalam pengobatan bagi penyakit ginjal. Unsur-unsur gizi (nutrien) yang memiliki makna khusus dalam pengobatan ini dikelompokkan sebagai berikut: natrium dan air, vitamin D, kalsium dan fosfor, kalium dan kadang-kadang magnesium.
Penelitian observasional dengan desain: cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis kandungan natrium, kalium dan fosfor dalam diet rendah protein pada penderita gagal ginjal kronik non-hemodialisa di Rumah Sakit XXX dalam waktu yang bersamaan tanpa memperhatikan faktor sebelumnya. Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari-Mei 2009. Pengamatan pada penderita dilakukan selama 7 hari untuk masing-masing penderita. Penderita yang sebagai sampel dalam penelitian adalah 4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. 4 penderita berusia antara 40-60 tahun dan 1 penderita berusia 21 tahun.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis diet yang diberikan kepada penderita adalah diet rendah protein dan diet rendah garam yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penderita. Kandungan protein, natrium, kalium, dan fosfor pada menu yang diberikan pada penderita dari rumah sakit melebihi kebutuhan yang dianjurkan. Pemilihan bahan makanan sebagai sumber protein dipilih protein dengan nilai biologis tinggi sehingga tidak banyak meninggalkan urea yang harus dibuang oleh ginjal. Rata-rata asupan penderita melebihi kebutuhan yaitu protein (+ 188%), kalium (+ 153%), fosfor (+ 216%) dan yang kurang adalah natrium (+ 33%). Asupan penderita didapatkan dari makanan rumah sakit dan luar rumah sakit. Kelima penderita mengalami perubahan ke arah yang lebih baik yang meliputi keluhan (nafsu makan, mual, muntah dan pusing), fisik (oedem), klinis (tekanan darah) dan laboratorium (kadar ureum dan kadar kreatinin) walaupun belum mencapai batas normal.
Saran yang dianjurkan untuk rumah sakit adalah penyediaan makanan untuk pasien yang disesuaikan dengan kebutuhan dan diberikan penyuluhan mengenai bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi agar pasien tidak mengkonsumsi bahan makanan yang tidak dianjurkan. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan jamu yang dapat menyebabkan terjadinya GGK.